Menjelajahi berita teknologi terbaru : Keamanan Siber dan Kehadiran AI, Fokus Utama 2025

Zaman selalu mengalami transformasi, dan teknologi terus berkembang dengan pesat, cepat beradaptasi dalam waktu singkat dan membawa dampak signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Saat kita melihat perbandingan antara zaman sekarang dengan beberapa dekade yang lalu, pencapaian teknologi memang terasa sangat menggugah. Sebagai contoh, di tahun 1980, untuk menjalankan sebuah program komputer, dibutuhkan waktu berhari-hari dengan bantuan kartu berlubang. Saat ini, kapasitas pemrosesan yang dulunya sulit dijangkau oleh komputer besar kini sudah dapat dengan mudah ditemukan di ponsel pintar yang kita miliki.
Zaman terus berubah dan tentunya terus maju kedepan seiring dengan berjalannya waktu. Semakin kesini teknologi pun semakin canggih dan sangat mudah berkembang dengan waktu yang singkat. Otak manusia yang terus berkembang mengikuti zaman menjadi keunggulannya.
Terobosan baru dalam bidang AI di tahun 2025
Tahun 2025 menjadi tahun yang menandai fase baru di bidang teknologi, dengan kecerdasan buatan AI sebagai pendorong utama. Belakangan ini, banyak informasi atau berita yang muncul mengenai kemajuan teknologi baru dan inovasi terkini, termasuk yang dilaporkan oleh detikinet, sebuah sumber tentang berita teknologi AI yang mengungkapkan ambisi besar China dalam mengembangkan AI hingga kemampuan kuantum.
China bertekad untuk memajukan kecerdasan buatan, penelitian ilmiah, dan inovasi teknologi. Pada hari Rabu lalu, negara tersebut menyatakan bahwa mereka akan meningkatkan dukungan untuk penerapan kecerdasan buatan dan pengembangan investasi ventura, dalam usaha untuk mendorong lebih banyak kemajuan teknologi dan berupaya menjadi lebih mandiri.
Menurut ETCIO, ini adalah kali pertama kecerdasan buatan disebutkan dalam laporan kinerja, dan pernyataan ini muncul setelah perhatian global yang ditujukan kepada startup AI China, DeepSeek.
Pada tanggal 20 Januari 2025, DeepSeek mengeluarkan R1 dengan harga yang mengejutkan rendah. DeepSeek mengklaim bahwa sistem ini bisa mengungguli pesaing seperti OpenAI o1 dalam berbagai pengujian. Banyak investor dan ahli yang mendukung klaim ini.
Beberapa waktu yang lalu, DeepSeek menjadi pusat perhatian. Khususnya dengan peluncuran model terbaru mereka, DeepSeek diyakini akan menjadi pesaing serius bagi perusahaan Amerika seperti OpenAI, Google, dan Meta.
DeepSeek menciptakan model bahasa besar (LLMs), yang merupakan jenis sistem kecerdasan buatan serupa dengan yang dipakai oleh ChatGPT, Meta LLaMA, hingga Gemini dari Google. Sistem chatbot ini dilatih dengan memanfaatkan berbagai data tertulis seperti buku, artikel berita, dan situs web untuk merangkai kalimat. LLM memiliki banyak kegunaan, seperti untuk pengkodean, penyelesaian masalah, pembuatan konten, hingga penulisan berita.
Semakin kokoh pondasi teknologi Keamanan Siber di tahun 2025
Selain AI, terdapat juga berita terbaru dalam dunia teknologi tahun ini yang menjadi perbincangan hangat, yaitu mengenai Keamanan Siber. Ini merupakan berita teknologi yang memiliki signifikansi besar karena memengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat, negara, dan bisnis. Berita teknologi yang berkaitan dengan Keamanan Siber disampaikan oleh csirt.patikab.go.id. Mereka menyatakan bahwa isu yang berhubungan dengan keamanan siber diprediksi akan tetap menjadi salah satu perhatian utama pada tahun 2025. Berbagai elemen dalam lanskap keamanan siber diperkirakan akan menarik perhatian di tahun yang akan datang. Kaspersky, perusahaan keamanan siber asal Rusia, memberikan ramalan mengenai kemungkinan terjadinya pelanggaran siber di 2025. Beberapa poin penting yang mereka angkat mencakup penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) serta kejahatan yang memanfaatkan ketenaran produk yang belum diluncurkan.
Kaspersky memperkirakan bahwa pada tahun 2025, kecerdasan buatan akan menjadi komponen yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia. Teknologi AI yang dahulu dianggap sebagai terobosan kini berkembang menjadi suatu keperluan yang umum. “Dampak paling signifikan bagi pengguna pada tahun 2025 kemungkinan akan berasal dari interaksi antara kemajuan teknologi dan peraturan, termasuk inovasi AI serta perlindungan data pribadi,” jelas Anna Larkina, seorang ahli privasi Kaspersky, dalam pernyataan resminya pada hari Jumat (29/11).
Namun, penerapan AI yang lebih luas juga menghadirkan tantangan baru. Kaspersky menunjukkan bahwa pada tahun 2025, kemampuan AI dalam menciptakan deepfake yang lebih personal akan terus berkembang, sehingga menimbulkan risiko bagi etika serta privasi individu. Di samping itu, peningkatan polarisasi politik semakin memperburuk isu perundungan siber. Algoritma media sosial yang mendorong konten yang provokatif dapat memfasilitasi tindakan kejahatan siber. Penggunaan AI untuk menciptakan deepfake atau konten palsu juga menambah ancaman ini, dengan dampak yang kerap melintas batas wilayah.